Apabilakelengkapan dokumen telah disiapkan, Anda dapat pergi mendaftarkan gugatan cerai ke Pengadilan Agama atau Pengadilan Negeri. Untuk mendaftarkan gugatan cerai, Anda harus ke pengadilan di wilayah kediaman pihak tergugat. Contohnya apabila suami akan menggugat cerai istri, maka suami harus mengajukan gugatan tersebut di pengadilan tempat Inilahgimana cara menyikapi suami yg selalu mementingkan keluarganya sendiri dan ulasan lain mengenai hal-hal yang masih ada tetapi jadilah pribadi baru yang rendah hati yang mau menerima saran dari orang lain dan lebih mementingkan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi. Tak heran jika banyak pasangan suami istri yang Hubunganseksual suami isteri bermamfaat untuk menundukkan pandangan, menahan nafsu, menguatkan jiwa, dan menghindarkan diri dari bahwa pada waktu tertentu kadang lebih mementingkan makanan daripada yang lainnya. sebagian keluarga yang membiasakan keluarganya makan dua kali dalam satu hari. Di lain tempat, ada yang membiasakan tiga kali Vay Tiền Nhanh. SUAMI LEBIH MEMENTINGKAN IBUNYA DARIPADA KELUARGA?Oleh Ustadz Anas Burhanuddin MAPertanyaan. Assalâmu’alaikum. Bagaimana hukumnya kalau suami lebih mementingkn ibunya daripada anak dan istrinya? Tiap bulan suami saya selalu mengirimkan uang ke ibunya tapi kalau pemberian ke anaknya itu suka telat. Saya kecewa pak ustadz. Bagaimana dengan perbuatan suami saya itu? Bagaimana saya menyikapinya. Saya pernah mendengar dia mengatakan bahwa anak laki dan hartanya milik orang tua. Apa benar seperti itu dan bagaimana praktiknya yang benar? Terima kasihJawaban. Wa’alaikumussalâm wa rahmatullah. Seorang istri hendaknya bisa mendukung suaminya untuk melakukan berbagai ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla , termasuk berbakti kepada kedua orang tuanya birrul wâlidain –terutama ibunya- dan menyambung tali kekerabatan silaturahim. Membangun bahtera rumah tangga tidaklah berarti melupakan orangtua dan kerabat. Semua hak ini tetap bisa diberikan, namun perlu juga bagi sang suami untuk memahami skala prioritas sehingga tidak menimbulkan permasalahan di samping wajib memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya, seorang suami juga wajib untuk membantu menafkahi orangtuanya jika mereka Mundzir mengatakan, “Para Ulama sepakat tentang kewajiban menafkahi kedua orangtua yang tidak punya pekerjaan atau kekayaan dengan harta anak mereka.” [1]Di antara dalil yang menjelaskannya adalah hadits berikutأَنَّ أَعْرَابِيًّا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ إِنَّ لِي مَالًا وَوَالِدًا، وَإِنَّ وَالِدِي يُرِيدُ أَنْ يَجْتَاحَ مَالِي؟ قَالَ ” أَنْتَ وَمَالُكَ لِوَالِدِكَ، إِنَّ أَوْلَادَكُمْ مِنْ أَطْيَبِ كَسْبِكُمْ، فَكُلُوا مِنْ كَسْبِ أَوْلَادِكُمْDiriwayatkan bahwa seorang badui datang kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan mengatakan, “Saya memiliki harta dan orangtua, dan ayah saya ingin menghabiskan harta saya.” Maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Engkau dan hartamu boleh dipakai orangtuamu. Sesungguhnya, anak-anak kalian termasuk penghasilan terbaik, maka makanlah dari penghasilan anak-anak kalian.” [HR. Ahmad, no. 7001. Hadits ini dihukumi shahih oleh Ahmad Syakir, al-Albani dan Syu’aib al-Arnauth rahimahumullah]Namun menafkahi orangtua tidaklah wajib atas anak kecuali dengan dua syarat berikutOrangtua miskin dan membutuhkan anak kaya dan memiliki kelebihan nafkah setelah nafkah yang diberikannya kepada keluarganya. Syarat ini disepakati oleh para Ulama.[2]Jika kedua nafkah ini bisa dipenuhi, maka wajib bagi anak untuk melakukannya. Namun jika hartanya hanya cukup untuk salah satu nafkah saja, maka nafkah istri dan anaknya harus didahulukan daripada nafkah orangtuanya; karena nafkah keluarga adalah konsekuensi dari akad nikah, sehingga merupakan hak manusia. Sedangkan nafkah orangtua adalah bentuk kebaktian dan bantuan, sehingga masuk kategori hak Allâh Azza wa Jalla . Dan hak manusia didahulukan atas hak Allâh Azza wa Jalla ; karena hak manusia didasari musyâhhah saling menuntut sedangkan hak Allâh Azza wa Jalla didasari musâmahah pengampunan. Al-Amidi mengatakanحق الآدميِّ مرجَّح على حقوق الله تعالىHak manusia didahulukan atas hak-hak Allâh Azza wa Jalla[3]Khusus tentang prioritas dalam nafkah, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,ابْدَأْ بِنَفْسِكَ فَتَصَدَّقْ عَلَيْهَا، فَإِنْ فَضَلَ شَيْءٌ فَلِأَهْلِكَ، فَإِنْ فَضَلَ عَنْ أَهْلِكَ شَيْءٌ فَلِذِي قَرَابَتِكَMulailah dengan menyedekahi dirimu sendiri. Jika ada sisa, sedekahilah keluargamu. Dan jika masih ada sisa lagi berikanlah kepada kerabatmu. [HR. Muslim, no. 997]Nafkah keluarga juga tetap wajib meski kepala keluarga jatuh miskin, sedangkan nafkah orangtua hanya wajib jika si anak mampu. Dan para Ulama telah sepakat akan wajibnya mendahulukan nafkah anak istri sebelum orangtua.[4]Adapun ucapan yang dipakai oleh suami untuk beragumentasi itu adalah sabda Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam dan itu merupakan hadits shahih. Namun kurang tepat jika hadits tersebut diterjemahkan “Engkau dan hartamu adalah milik bapakmu orangtuamu.”Para Ulama pensyarah hadits ini menjelaskan bahwa huruf lam dalam kata “لِوَالِدِكَ” tidak menunjukkan kepemilikan milk, tapi berarti pembolehan ibâhah. Yakni bukan berarti harta anak menjadi milik orangtuanya, tapi boleh bagi orangtua untuk memakainya.[5]Dan bolehnya memakai harta anakpun tidak secara mutlak, namun ada syarat dan batasannya. Syaratnya adalah jika orangtua butuh dan batasannya tidak membahayakan dan merugikan kepentingan si anak. Tidak boleh pula mengambil harta anak untuk diberikan kepada anak yang demikian, jika kasusnya seperti yang diceritakan ibu, hal itu menunjukkan semangat suami untuk berbakti, dan itu adalah hal positif yang layak diapresiasi. Namun ada salah prioritas dalam praktiknya sehingga perlu diluruskan. Komunikasikan dengan baik dan sampaikan nasehat dengan halus. Betapa sering kita menyangka perbuatan kita sudah sesuai aturan agama, namun ternyata tidak demikian. Kesalahan semacam ini insyaallâh mudah diobati, dan obat mujarabnya adalah ilmu yang disampaikan dengan Allâh membimbing ibu sekeluarga kepada apa yang Dia cinta dan ridhai. Amin.[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XX/1438H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _______ Footnote [1] Mughnil Muhtâj, asy-Syarbini, 5/183 [2] Lihat Hasyiyah Ibnu Abidin 2/678; Minahul Jalîl, 2/448; Mughnil Muhtâj, 3/446; al-Inshâf, 9/392 [3] Al-Ihkâm, 2/287; Al-Asybah wan Nazhâ`ir, Ibnu Nujaim, 4/161. [4] Lihat Nailul Authâr, asy-Syaukani, 6/381 [5] Lihat I’lâmul Muwaqqi’in, Ibnul Qayyim 1/116. Home /A6. Bersama Orang Tua.../Suami Lebih Mementingkan Ibunya... Ibu mungkin pernah bertanya-tanya, bagaimana cara menghadapi suami yang selalu membela keluarganya? Namun demikian, jika hal ini terjadi berulang kali. kamu bisa saja merasa tidak nyaman. Setelah menikah tentu kamu ingin menjadi prioritas dasarnya, saat suami berusaha menjalin hubungan harmonis dengan orang tua dan saudara-saudaranya adalah hal yang normal dan sah-sah saja. Terlebih sebelum menikah, ia lahir dan dibesarkan oleh orang tua serta bertumbuh bersama saudara-saudaranya. Akan tetapi, hal ini menjadi tidak wajar jika suami lebih mementingkan orang lain, termasuk orang tua dan saudara-saudaranya, daripada istri. Pasalnya, ada batasan-batasan tertentu yang harus dihormati oleh keluarga suami dan kamu sebagai suami lebih mementingkan orang lain, dalam hal ini adalah orang tua, adalah diperbolehkan. Sementara istri perlu memberi dukungan, sehingga suami tetap bisa melaksanakan tugasnya sebagai anak yang berbakti kepada orang tua. Namun, suami tetap harus bisa bertanggung jawab atas nafkah lahir batin tanggungan utamanya, yaitu istri dan anak-anaknya. Oleh karena itu, sebelum menjadi masalah antara istri dan keluarga suami sebaiknya ketahui dulu cara menghadapi suami yang selalu membela keluarganya berikut Bicarakan dengan suamiCara menghadapi suami yang selalu membela keluarganya, mungkin tidak terlalu sulit jika hubungan komunikasi di dalam rumah tanggamu berjalan dengan baik. Kamu bisa mengajak suami berbicara tentang bagaimana perasaanmu saat suami lebih mementingkan orang lain. Berusahalah tetap tenang ketika berbicara dengan suami, hindari nada tinggi agar suami tidak tersulut emosinya. Bicarakan tentang bagaimana ia harus bersikap dengan orang tua dan keluarganya, setelah menikah denganmu. Dengan begitu, suami lebih terbuka pikiran dan perasaannya sebelum mementingkan orang Tinggal terpisah dari keluarga suamiSebelum menikah, kamu dan calon suami sebenarnya perlu mendiskusikan perihal tempat tinggal. Namun, jika sudah terlanjur menikah sebaiknya minta suami untuk tinggal terpisah dari keluarganya. Selain bisa melatih kemandirian dan menjaga privasi keluarga barumu, hal ini lebih dianjurkan demi meminimalisir terjadinya konflik antara kamu dan keluarga suami. Saat tinggal terpisah dengan keluarganya, masalah-masalah yang sebenarnya tidak diperlukan bisa Beri kesempatan suami bersama keluarganyaMeski sudah terikat hubungan pernikahan dengan kamu, bukan berarti suami harus meluangkan 24 jam penuh waktunya untuk kamu. Ia tetap membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri, pekerjaan, membangun relasi dengan teman-temannya, serta bertemu dengan keluarganya. Sebagai cara menghadapi suami lebih mementingkan orang lain, cobalah untuk memberi kesempatan suami bersama keluarganya. Mungkin satu sampai dua kali dalam seminggu. Dikutip dari Very Well Mind, memberikan suami waktu untuk bersama keluarganya bisa membuat keluarganya lebih menghargai keberadaan kamu. Dengan begitu, mereka segan untuk melebihi batasan saat meminta sesuatu dari Jangan bersaing dengan keluarganya!Bagaimana hukum suami lebih mementingkan adiknya? Pada dasarnya, adik suami bukanlah sainganmu sebagai istri. Setelah menikah, suami tetap perlu memberi perhatian untuk adiknya dengan batasan tertentu. Kamu bisa mendiskusikan batasan ini dengan tetapi, jangan sampai melihat adik suami sebagai pesaing. Kamu tidak perlu bersaing dengan adik suami, sebab kamu dan dia memiliki posisi yang berbeda. Kamu sebagai pasangan hidup, sementara adik sebagai saudara dengan hubungan Memberi perhatian untuk keluarganyaCara menghadapi suami yang selalu membela keluarganya, bisa dilakukan dengan memberi perhatian untuk keluarganya. Bisa jadi selama ini suami bersikap demikian, karena sebagai istri kamu dirasa kurang perhatian dengan keluarganya. Meskipun tidak tinggal satu atap, cobalah untuk menjalin hubungan komunikasi yang harmonis dengan keluarganya. Kamu bisa berkirim pesan menanyakan kabar, mengirimi makanan kesukaan keluarganya, maupun video call di akhir pekan. Dengan begitu, hubungan semuanya bisa berjalan lebih Ingatkan suami tentang tanggung jawab utamanyaSebenarnya setiap suami sudah memahami tanggung jawab besarnya. Namun, ketika menyangkut keluarganya, suami seringkali lupa untuk menentukan prioritasnya. Oleh karena itu, dalam hal ini kamu perlu mengingatkan suami tentang tanggung jawab utamanya menafkahi kamu dan anak-anaknya secara lahir dan batin. Tentu saja, sebagai anak suami tetap harus selalu berbakti kepada orang tua dan membantu keluarga. Namun, ingatkan bahwa ada batasan-batasan tertentu yang tidak boleh dilanggar demi menjaga posisi dan perasaan istri yang juga harus dipentingkan Jangan membenci keluarganya!Selanjutnya, cara menghadapi suami yang selalu membela keluarganya bukanlah dengan cara menunjukkan sikap kebencian. Perilaku ini hanya akan menimbulkan masalah baru antara kamu dan suami, serta keluarganya. Jadi, sebaiknya jangan sampai kamu menunjukkan kebencian. Sebaliknya, tetap bersikap hormat dan santun kepada orang tua dan keluarga suami. Cara ini juga bisa membuat mereka menghormati kamu sebagai istri dari Bersikap tenangSebagai istri, kamu tetap harus menghormati keluarga suami. Termasuk ketika sikap suami lebih mementingkan orang lain, yaitu keluarganya. Jangan sampai kamu terpancing emosi, sehingga berkata-kata kasar dengan nada tinggi. Bersikaplah tenang dan ajak suami berdiskusi setelahnya. Bicarakan ketidaknyamanan perasaanmu melihat suami lebih mementingkan orang lain. Bersikap tenang adalah pilihan terbaik cara menghadapi suami yang selalu membela suami lebih mementingkan orang lain, memang menyebalkan dan cukup menguras emosi. Akan tetapi, kamu tetap harus bijaksana dalam menghadapi suami yang demikian. Beberapa cara menghadapi suami yang selalu membela keluarganya tadi, semoga kamu tetap bisa menjalin hubungan yang harmonis dengan suami dan Dwi Ratih Ditulis oleh Siti NuryatiHubungan kuat yang terjalin antara suami dengan orang tua atau saudaranya adalah hal yang wajar. Karena orang tua lah yang membesarkannya dan ia juga juga tumbuh bersama saudara-saudaranya. Menjadi tidak wajar apabila suami lebih mendahulukan kepentingan keluarganya dibandingkan dengan istrinya. Terkadang suami tidak sadar bahwa prioritasnya telah berubah setelah menikah dan membangun rumah tangga. Anda lah sebagai seorang istri yang harus memberitahu dan menyikapi dengan sabar. Karena sejatinya sebagai seorang anak, sampai kapan pun harus tetap berbakti kepada orang tuanya. Setelah menikah, peran suami sebagai pemimpin bagi istri dan anak-anaknya harus tetap didahulukan. Bukan berarti orang tua dan keluarga suami tidak penting, namun ada batasan tertentu yang tetap harus dijaga oleh kedua belah pihak baik pihak istri maupun pihak keluarga suami. Sebelum menimbulkan masalah yang lebih serius lagi, Anda harus mengetahui bagaimana cara menghadapi suami yang lebih mementingkan saudaranya dibandingkan dengan Anda sebagai istrinya. Nah, kali ini kami berikan ulasannya. Yuk simak bersama. 1. Komunikasikan dengan Suami Komunikasi memiliki peran sangat penting dalam membangun keharmonisan dalam rumah tangga. Dengan berkomunikasi pasangan cenderung menjadi lebih pengertian dan menghargai satu sama lain. Apabila ada satu hal yang tidak Anda sukai, maka sudah seharusnya Anda berterus terang kepada suami. Berbicaralah secara terbuka mengenai perasaan Anda. Jika memang Anda merasa suami lebih mementingkan keluarga atau saudaranya, ungkapkan padanya. Tidak menutup kemungkinan ia bisa sedikit berubah. 2. Hindari Konflik dengan Saudaranya Saat Anda menikah dengan pasangan, bukan hanya ia yang Anda nikahi. Namun Anda juga harus menjalin hubungan baik dengan keluarga suami dengan menganggap mereka sebagai keluarga Anda sendiri. Walaupun mungkin ada perasaan tidak suka atau kesal, yang paling harus Anda hindari adalah konflik. Sadarilah bahwa suami dan keluarganya adalah bagian dari kehidupan Anda dalam fase pernikahan. Sampai kapanpun suami akan tetap membutuhkan keluarganya sebagai support system di dalam kehidupannya. Yang Anda perlukan hanya kemauan untuk menjadi bagian dari keluarganya dan menempatkan diri sebagai anggota keluarganya. 3. Tidak Tinggal Satu Atap * sumber Setelah menikah, memang disarankan bagi pasangan suami istri untuk tinggal terpisah dari keluarganya. Hal ini ditujukan agar keduanya, baik istri atau suami menjadi lebih mandiri. Mereka bisa belajar bagaimana menjadi suami dan istri yang baik tanpa adanya campur tangan keluarga. Tinggal terpisah dari mertua atau keluarga suami juga merupakan salah satu upaya menghindari konflik. Karena ketika tinggal bersama mertua, Anda sebagai istri akan merasa selalu diawasi olehnya. Tak sedikit pula mertua yang ikut andil dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga anaknya. 4. Beri Perhatian Lebih * sumber Mungkin ada suatu alasan kenapa suami lebih mementingkan saudaranya dibandingkan dengan Anda sebagai istrinya. Bisa jadi ia kurang mendapatkan perhatian Anda, karena kesibukan Anda dalam pekerjaan atau perhatian Anda yang hanya terfokus pada anak-anak. Cobalah untuk memberi perhatian lebih kepada suami. Mulailah dari hal-hal kecil yang bisa membuat hatinya senang. Dengan harapan ia akan menyadari bahwa selain keluarganya, ia juga memiliki seorang istri yang harus menjadi prioritasnya. 5. Beri Suami Waktu Bersama Keluarganya * sumber Sejatinya tidak ada suami yang suka dengan istri yang terlalu banyak menuntut. Waktu yang ia miliki bukan sepenuhnya milik istrinya. Suami juga harus meluangkan waktu dan pikirannya untuk pekerjaan, teman-teman, dan keluarganya. Jangan hanya karena suami lebih perhatian terhadap keluarga atau saudara-saudaranya, lalu Anda melarang suami bertemu mereka. Cobalah bagi waktu kapan suami harus dirumah menemani Anda dan kapan suami bisa berkunjung ke rumah orang tua atau saudaranya. Jika Anda terlalu memaksakan kehendak, suami justru akan lebih sering menghabiskan waktu dengan mereka. 6. Hindari Emosi * sumber

istri lebih mementingkan keluarganya daripada suami